Selamat Datang Di Blog Ini, Anggap Saja Blog Sendiri

Selasa, 31 Desember 2013

DIKSI

DIKSI (PEMILIHAN KATA)


Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
  1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat,
  2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbeda- beda.
  3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan ), dan interferensi (saling mempengaruhi ), sarat ( penuh, bunting ) dan syarat ( ketentuan ).
  4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
  5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
  6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan ) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
  7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil ( kata umum ) , corolla ( sedan buatan Toyota )
  8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu ( berasal dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus ).
  9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bangdan bank ) dan berhomografi( misalnya: apel buah, apel upacara, buku ruas, buku kitab ).
  10. Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendiikan, wirauasaha dan pengobatan modern dan kata konkret ( kata khus misalnya: mangga, sarapan, dan berenang ).
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata:
  1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),
  2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
  3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),
  4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)
  5. Menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).
Makna Konotasi dan Denotasi 

1. Makna Denotasi 
Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus. Makna denotasi lazim disebut 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Contoh : 
  1. Adik makan nasi. ( makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut )
  2. Harga kambing hitam itu sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambing yang memiliki warna hitam )
2. Makna konotasi 
Makna konotasi merupakan makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat.
Contoh :
  1. Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitambermakna orang yang dipersalahkan)
  2. Anak itu berangkat besar ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkatbermakna beranjak atau mulai menjadi )
  3. Bunga desa itu sudah menjadi karyawan bank.(Kata “bunga desa”bermakna sesuatu yang dianggap cantik) 
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu : 

A. Konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan.
Contoh : 
  1. Sebagai seorang istri harus pandai menyenangkan suami. 
  2. Biaya pemakaman para korban bencana alam ditanggung pemerintah setempat.
  3. Para wanita tuna susila bekerja akibat tuntutan kebutuhan ekonomi. 
  4. Tiga pahlawan reformasi telah gugur lima tahun yang lalu. ( Kata “gugur” bermakna mati dalam pertempuran )
B. Konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan. 
Contoh : 
  1. Selama meringkuk di penjara, Roy berubah menjadi pendiam. ( Kata penjara bermakna tempat mengurung badan )
  2. Masih ada segerombolan orang yang suka menebang demi keuntungan pribadi. (Kata “gerombolan” bermakna kawanan pengacau / perusuh.)
  3. Banyak gelandangan tidur di bawah jembatan. 
Berikut adalah contoh-contoh kata yang bermakna denotasi dan konotasi
1) meluap
denotasi : Banjir yang terjadi kemarin disebabkan oleh air sungai yang meluap tak mampu dikendalikan oleh tanggul yang ada disekitanya.
konotasi : Kemarahan Pak Budi makin hari tambah meluap karena masalah yang diperbantahkan itu  tidak pernah menemukan titik permasalahannya.
2) penuh
denotasi : Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pusat hiburan itu telah terisi penuh oleh pemukiman penduduk.
konotasi : Pekerjaan itu dilakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
3) naik
denotasi : Pak Halim pergi ke Makassar dengan naik mobil pribadi.
konotasi : Naik turunnya harga barang sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan konsumen.
4) tumbuh
denotasi : Pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah Pak Ilham memiliki buah yang besar- besar.
konotasi : Kondisi perekonomian Indonesia mulai tumbuh sejak beralihnya sistem pemerintahan ke  era reformasi. 
5) atas
denotasi : Di atas pohon yang rindang itu ada terdapat beberapa sarang burung hantu.
konotasi : Irama yang muncul pada permukaan tembok itu ditimbulkan atas beberapa perpaduan  warna.
6) kendali
denotasi : Nakhoda memberikan instruksi kepada para penumpang kapal agar waspada, sebab  kendali dalam kapal sedang mengalami gangguan.
konotasi : Peristiwa itu terjadi saat dirinya telah kehilangan kendali.(kontrol)
7) panas
denotasi : Permukaan kulit pada anak itu lecet akibat tersiram air panas.
konotasi : Suhu dalam ruangan itu semakin panas ketika peserta diskusi dalm ruangan itu saling  beradu argumen. (panas=ketegangan)
8) hancur
denotasi : Mainan anak pak lurah hancur terinjak mobil.
konotasi : Semua perkataannya kedengaran hancur akibat terbawa emosi .(hancur= tidak masuk  akal).
9) arus
denotasi : Adik terseret arus yang sangat deras saat menyeberang sebuah sungai di tepi rumahnya.
konotasi : Arus balik pada lebaran tahun depan diprediksikan akan lebih banyak dibandingkan tahun  kemarin. (arus=sistem)
10) hangus
denotasi : Bau hangus itu dihasilkan dari pembakaran sisa-sisa plastik dan kertas yang ada di tepi jalan  itu.
konotasi : Semua dana yang dianggarkan telah hangus akibat program kerja yang tidak tertata dengan rapi. (hangus=ludes)

Sinonim dan Antonim

Sinonim

Pada saat menyimak pembacaan teks berita yang dilakukan temanmu, tentu kamu menemukan bentuk-bentuk pertalian makna kata sebagai sinonim dan antonim. Apa sinonim dan antonim itu? Marilah kita pelajari lebih dahulu teori kebahasaan!
Sinonim adalah pertalian dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama. Suatu kata bersinonim dengan kata lainnya apabila dalam kalimat yang sama, kata-kata tersebut dapat saling menggantikan. Atau kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi)
Contoh:
  • ciri      = tanda
  • benar = betul
  • agar    = supaya
  • rajin    = giat
  • hemat = irit
Contoh dalam kalimat:
- Pak Iwan meninggal dunia pada hari Kamis.
Pak Iwan wafat pada hari Kamis.
- Baju yang dikenakan Aulia sangat cantik.
Baju yang dikenakan Aulia sangat indah.

1. Sinonim mutlak
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat. Contoh:
  • kosmetik = alat kecantikan
  • laris = laku, larap
  • leksikografi = perkamusan
  • kucing = meong
2. Sinonim semirip
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja. Contoh:
  • melatis = menerobos
  • lahiriah = jasmaniah
3. Sinonim selingkung 
Kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal.
Contoh:  lemah = lemas

Antonim

Antonim adalah kata-kata yang memiliki pertalian makna bertentangan secara penuh atau secara sebagian dalam berbagai urutan kata.

1.  Antonim berpasangan
kata-kata yang secara makna jelas bertentangan karena didasarkan pada makna pasangannya sehingga tidak bisa dipertentangkan tanpa kehadiran makna pasangannya. Jika salah satu unsur dinegatifkan, tidak secara serta-merta memunculkan pasangannya. Contoh:
  • (ber)-dosa >< suci  (tidak (ber)-dosa ≠suci)
  • istri >< suami  (bukan istri ≠ suami)
  • pembeli >< penjual (bukan pembeli ≠ penjual)
2. Antonim melengkapi
Kata-kata yang secara makna bertentangan, tetapi kehadiran makna salah satu kata bersifat melengkapi kehadiran makna yang lain. Contoh:
  • pertanyaan >< jawaban
  • mencari >< menemukan
3. Antonim berjenjang
kata-kata yang secara makna mengandung pertentangan, tetapi pertentangan makna ini bersifat berjenjang/bertahap/bertingkat. Contoh:
  • dingin >< hangat >< panas
  • kaku >< lentur >< elastis
  • mahal >< wajar >< murah
Kontras adalah kata-kata yang mengandung seluruh atau sebagian makna yang bertentangan secara tajam dan jelas. Jika kata-kata semacam ini dinegatifkan, makna kata yang menjadi penentangnya akan serta-merta muncul. Contoh:
• kaya >< melarat; kaya >< miskin.
kaya mengandung makna yang bertentangan secara tajam terhadap melarat, tetapi merupakan antonim melengkapi terhadap miskin.
• pintar >< tolol; pintar >< bodoh.
pintar mengandung makna yang bertentangan secara tajam terhadap tolol, tetapi merupakan antonim melengkapi terhadap bodoh.
• melarat – miskin atau tolol – bodoh merupakan sinonim semirip.

Kontras juga dapat dibentuk melalui afiksasi seperti, non-, a-, anti, awa-, nir-, tan-. Contoh:
  • komunis >< nonkomunis
  • susila >< asusila
  • mapanisme >< antimapanisme
  • berawak >< awaawak
  • laba >< nirlaba
  • baku >< tanbaku
Antonim disebut juga lawan kata, yaitu hubungan antara satu kata dengan kata yang lain yang dianggap berlawanan.
Contoh:
  • siang > < malam
  • pulang > < pergi
  • kaya ><miskin
  • panjang> < pendek
  • hidup > < mati
Contoh dalam kalimat:
- Orang yang kaya itu membeli mobil.
Orang yang miskin itu tidak dapat membeli mobil.
- Rambutnya panjang sekali.
Rambutnya pendek sekali.

Istilah Asing
Dewasa ini banyak sekali muncul kata-kata atau istilah-istilah baru dalam media massa maupun sebuah buku, yang mana istilah-istilah tersebut masih asing dimata orang awam.

Istilah-istilah tersebut biasanya disebut dengan "istilah intelek", yang sebenarnya merupakan istilah asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu yang biasa disebut dengan kata serapan.

Di kalangan para akademisi penggunaan istilah-istilah tersebut sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.

Berikut ini kumpulan istilah-istilah serapan atau bahasa kerennya istilah intelek, yang saya kumpulkan dari buku-buku ilmiah. Jika ada kesalahan, mohon dikoreksi.

Integritas = kejururan
Kredibilitas = kepercayaan
Kredibel = sikap dapat dipercaya
Loyalitas = kesungguhan
Loyal = sikap sungguh-sungguh
Skill = keterampilan
Relasi = hubungan
Komparasi = perbandingan
Kompetensi = kemampuan
Kompeten = mampu
Kapabilitas = kemampuan/kecakapan
Dikotomi = pembagian dalam dua bagian
Kolektif = bersama-sama
Kolegial = teman sejawat (kata sifat)
Kolega = teman sejawat (kata benda)
Refleksi = pemikiran suatu hal
Distorsi = berubah/penyimpangan
Otoritas = wewenang
Otoriter = sewenang-wenang
Indikasi = petunjuk Indikator = penunjuk
Invansi = serbuan/penyerbuan
Stagnan = mandeg/jalan ditempat
Rekonstruksi = pembangunan kembali
Konstitusi = Undang-Undang
Regulasi = peraturan
Urban = kota
Urgensi = desakan
Elite = golongan atas/kaum atasan
Preventif = pencegahan
Kultur = budaya
Spasial = keruangan
Regional = kewilayahan (kata sifat)
Region = wilayah (kata benda)
Eksekusi = pelaksanaan
Titik nadir = titik terendah
Titik kulminasi = titik puncak
Produktivitas = daya produksi
Prospek = harapan/kemungkinan
Probabilitas = kemungkinan
Deviasi = penyimpangan
Anomali = penyimpangan
Prespektif = pandangan/sudut pandang
Kontinuitas = kelanjutan
Legitimasi = hak kekuasaan
Aliansi = = persekutuan/perserikatan
Insentif = bonus
Konvensi = rapat/persetujuan
Rekonsiliasi = perdamaian/perukunan kembali
Ratifikasi = pengesahan
Hegemoni = menguasai/dominasi
Mekanisme = alat/cara
Recovery = pemulihan
Budget = anggaran
Defensif = sikap pembelaan/sikap bertahan
Demagogi = penghasut yang pandai berpidato
Konspirasi = kongkalikong/sekongkol/persekongkolan
Paradigma = cara berfikir
Prestise = gengsi
Kemampuan pedagogik = kemampuan mendidik
Rekonsiliasi = perdamaian/perukunan kembali
Solidaritas = kesetiakawanan
Soliditas = penguatan/pengukuhan
Attitude = sikap / perilaku
Potensi afektif = potensi sikap
Potensi kognitif = potensi ilmu/pengetahuan
Retorika = kepandaian berbicara
Elektabilitas = kepemilihan
Eskalasi = perluasan/peningkatan
Taklid buta = mengikuti tanpa tahu dalilnya
Renovasi = pembaharuan kembali
Inovasi = pembaharuan
Qualified = memenuhi syarat
Efektif = berhasilguna
Efisien = tepatguna/berdayaguna
Justifikasi = pembenaran/dasar pembenaran
Legalisasi = pengesahan/pengabsahan
Komprehensif = luas/meliputi banyak hal/pemahaman
Analogi = persamaan
Doktrin = ajaran
Ontologi = cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup
Antologi = kumpulan karya tulis pilihan dr seorang atau beberapa orang pengarang
Dogma = pokok ajaran (tentang kepercayaan dsb) yg harus diterima sbg hal yg benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan; keyakinan tertentu
Plural = majemuk
Fundamental = bersifat dasar (pokok); mendasar
Fundamentalisme = paham yg cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal
Teologi = pengetahuan tentang ketuhanan

Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:
1) Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
2) Kata umum: berjalan
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap,
3) Kata umum: jatuh
Kata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab, terperosok, terjungkal.

Peyorasi dan Ameliorasi

Ameliorasi adalah proses perubahan makna kata yang menyebabkan makna baru lebih tinggi / halus / baik nilai rasanya daripada makna dahulu , contoh : Wanita dirasa lebih tinggi nilainya daripada perempuan , Istri dirasa lebih tinggi daripada kata bini , Hamil dirasa lebih tinggi daripada kata bunting .

      Penurunan makna ( peyorasi )
Adalah proses perubahan makna kata yang menyebabkan makna baru lebih rendah / kurang baik / kurang halus / kurang menyenangkan nilai rasanya daripada makna dahulu . 
contoh :
perempuan , bini , bunting , oknum , kaki tangan , dsb . oknum : pelaku ( makna dahulu ) , pelaku kejahatan ( makna sekarang )
kaki tangan : pembantu ( makna dahulu ) pembantu dalam hal tidak baik ( makna sekarang )
Catatan :
1.  Peninggian  dan penurunan makna kata berkaitan dengan nilai rasa atau emotif , pasangan kata seperti laki-suami , bini-istri , laki-bini suami-istri , laki-laki-pria .
2.    Kata kata bentukan baru dengan kata tuna- dirasa lebih tinggi / halus / hormat daripada kata yang sudah ada . misalnya : tuna rungu – tuli , tuna netra-buta , tuna wicara-bisu , tunawisma-gelandangan , tuna aksa ra-buta huruf , tuna karya – penganggur .

CONTOH WACANA DIKSI :

Arti Sebuah Waktu

Alkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa, dia sangat iri akan kecantikan para teman-temannya. Terutama pada tetangganya yang dijulukikembang desa karena kecantikannya. Oleh karena itu dia memutuskan untuk pergi ke kota agar dia bisa mengoperasi wajahnya.

Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”.

Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah bak istana dan dapat mengoprasi wajah ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah hayalannya datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum sendiri?”
“Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-citamu”. “Baik nek”, kata wanita tadi.

Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya.

Kemudian dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang.

Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya.


Contoh kata yang mengandung ketetapan diksi dalam wacana diatas :
kembang desa : perempuan yg disenangi pemuda karena kecantikannya di desa tempat tinggalnya.
bak istana : bagaikan istana/ seperti istana.

SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar